2010/09/22

Definisi SKI / Sejarah Kebudayaan Islam


a. Sejarah
Secara bahasa banyak terma yang digunakan untuk menunjuk kata sejarah.
- Dalam bahasa Arab ada istilah : tarikh, sirah, qishshah, sajara, syajarah.
- Dalam bahasa Inggris dengan istilah : history, dan story.
- Dalam bahasa Jerman geschichte yang berarti terjadi.
- Dalam bahasa Yunani dengan kata historia atau istoria yang artinya ilmu.
-Dalam bahasa Indonesia dengan kata cerita, legenda, babad dan semisalnya.
Dari beberapa istilah tersebut diatas tidak semua kata cukup representatif untuk menjelaskan pengertian sejarah. Akan tetapi semuanya memiliki arti yang hampir sama yaitu “masa lampau umat manusia”.
Para ahli sejarah Islam lebih banyak memakai kata syajarah sebagai rujukan dalam mendefinisikan sejarah secara bahasa dengan beberapa argumen sebagai berikut :
-Pertama : dari sisi pengucapan dalam bahasa Indonesia kata syajarah paling dekat dengan kata sejarah jika dibandingkan dengan kata lain seperti seperti sirah, qishah, apalagi history, story, istoria dan sebagainya.
-Kedua : ada makna filosofis tentang syajarah yang berarti pohon. Pohon secara structural muncul dari biji atau tunas kemudian membesar dan semakin besar tetapi suatu ketika pohon itu tumbang. Demikian juga dengan kondisi komunitas baik itu daulat atau umat manusia senantiasa muncul dari suatu yang kecil kemudian membesar dan semakin besar tetapi suatu ketika ia binasa. Begitu juga dalam sejarah peradaban Islam kondisi itu dapat diketemukan pada setiap tahapan perkembangannya. Contoh Nabi Muhammad SAW membawa nilai-nilai luar biasa yang jauh dari diskriminasi. Kondisi ini terus dijaga oleh para khalifah dalam memegang imamah atas umat Islam sehingga masa tersebut lebih terlihat sebagai al-Mamlakah al-Islamiyah. Akan tetapi kondisi semacam itu sirna ketika kekuasaan berpindah ketangan Muawiyah yang lebih mengedepankan dan Umayah yang sangat arab dari pada umat Islam secara keseluruhan sehingga masa tersebut lazim disebut sebagai al-mamlakah al-Arabiyyah. Namun akhirnya daulah Umayah juga runtuh dan digantikan oleh Abbasiyah yang berkuasa selama hampir 5 (lima) abad dan akhirnya runtuh juga.
-Ketiga : Pohon juga dapat dianalogikan sebagai kehidupan dunia ini. Contoh konkritnya dalam gunungan dalam pewayangan. Gunungan terdapat komponen-komponen pertama : pohon sebagai simbul kehidupan dunia ini (Syajaratun Hayyun), kedua : binatang , baik ular, kera, dan banteng sebagai simbul nafsu manusia, ketiga : rumah sebagai simbul baitullah. Simbol-simbol tersebut memberikan gambaran bahwa manusia memiliki nafsu yang menyertai didunia ini. Nafsu tersebut harus dikembalikan dan dihadapkan kepada Baitullah dalam bentuk ritual peribadatan kepada Allah SWT.
Secara istilah, ada beberapa pengertian oleh para ahli sebagai berikut :
Ibnu Chaldun memberikan pengertian sejarah sebagai berikut “ Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti keliaran, keramahan, dan solidaritas golongan, tentang revolusi revolusi dan pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan Negara-negara dengan tingkat bermacam-macam, serta tentang macam kegiatan dan kedudukan orang untuk mencapai kehidupannya maupun dalam cabang ilmu pengetahuan dan pertukangan, tentang segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu”.
Menurut R.Moh. Ali memberikan pengertian yang hampir sama. Menurutnya suatu peristiwa dapat dikatakan sejarah jika mencakup tiga hal, pertama, perubahan, kejadian dan peristiwa disekitar kita, kedua, cerita tentang perubahan/peristiwa tersebut. Ketiga ilmu yang menyelidiki perubahan tersebut.
Pemikiran ini senada dengan Sartono Kartodirejo yang membagi sejarah menjadi sejarah objektif dan sejarah subyektif. Sejarah obyektif adalah kejadian atau peristiwa itu sendiri atau proses sejarah dalam aktualitasnya. Sedang sejarah subyektif adalah suatu konstruk yang disusun oleh penulis sejarah sebagai suatu uraian atau cerita. Dengan demikian apa yang kita baca adalah hasil rekonstruksi sejarawan atas peristiwa yang terjadi, ini disebut sejarah serba subyek.
Dari beberapa rumusan yang disajikan diatas walaupun terdapat perbedaan dalam penekanannya, namun semua sepakat bahwa apa yang dinamakan sejarah itu adalah peristiwa masa lampau yang tidak hanya memberi informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab akibat. Oleh karena itu mungkin terjadinya interpretasi baru, karena ditemukannya bukti-bukti baru maka haruslah tetap terbuka. Apalagi mempelajari tentang sifat manusia yang perubahannya sangat besar dan kadang-kadang sulit dipahami.
b. Kebudayaan
Secara bahasa, berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah. Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya.
Budi artinya : akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah. Sedangkan daya : berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat.
Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah : al-Hadlarah, as Tsaqafiyah/Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan adalah : Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur(Belanda).
Catatan : Kajian tentang kebudayaan sering disamakan /disandingkan dengan peradaban. Kedua istilah ini memiliki kesamaan dan perbedaan arti.
Secara istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan diantaranya : 1. Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. 2. Aspek ekspresi simbolik prilaku manusia atau makna bersama yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi konsesus dan karenanya mengabaikan konflik. 3. Kondisi kehidupan biasa yang melebihi dari yang diperlukan.(Ibnu Chaldun) 4. Bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, struktur intuitif yang mengandung nilai-nilai rahaniah tinggi yang menggerakkan masyarakat atau hasanah historis yang terefleksikan dalam nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rahaniyah yang jauh dari kontradiksi ruang dan waktu.
Istilah yang hampir sama dengan kebudayaan adalah peradaban. Secara bahasa, peradaban berasal dari kata Arab adab yang berarti etika, sopan santun, terdidik. Disamping itu juga berasal dari kata Civilization yang berakar dari civic yang berhubungan dengan hak dan kewajiban warga Negara. Oleh karena itu Civilisasi menjadikan seseorang warga negara hidup lebih baik, tetatur, tertib, sopan dan maju. Ciri-ciri masyarakat semacam ini adalah masyarakat yang beradab, beretika dan berakhlak (mulia). Arti yang sepadan dengan peradaban dalam bahasa Arab adalah ; Madaniyah (kota) dan Tsaqafiyah (kehalusan budi pekerti).
Secara istilah, Peradaban adalah hasanah pengetahuan terapan yang dimaksudkan untuk mengangkat dan meninggikan manusia dari peringatan penyerahan diri terhadap kondisi alam sekitar. Peradaban merupakan ikhtisar perkembangan yang diraih tenaga intelektual manusia, dan sejauh mana kemampuan itu dalam mengendalikan tabiat sesuatu. Peradaban meliputi semua pengalaman praktis yang diwarisi dari satu generasi kegenerasi. Peradaban juga berarti gejala yang dibuat dan bersifat material, apa yang kita pergunakan sehingga ia dapat disebut sebagai pranata-pranata sosial.
Perbedaan istilah antara kebudayaan (culture) dengan peradaban (civilization) jalan yang terbaik menurut Nourouzzaman Shiddiqie ialah mengambil pilihan yang tepat guna memudahkan kita memahami kebudayaan selanjutnya. Jika kita memahami pendapat Wensink yaitu culture = kebudayaan dan civilization = peradaban. Maka kebudayaan adalah satu sikap batin, sifat dari jiwa manusia, yaitu usaha untuk mempertahankan hakikat dan kebebasannya sebagai makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia. Sedangkan peradaban ialah suatu aktifitas lahir walaupun keduanya sangat erat hubungannya namun pengertiannya tetap berbeda. Seorang yang beradab belum tentu berbudaya. Kemajuan dalam bidang materi tidak mesti bersesuaian dengan perkembangan akal. Sebaliknya manusia yang berbudaya belum tentu sungguh-sungguh berperadaban. Sebagai contoh , Austria tinggi dalam kebudayaan namun tidak dalam peradaban, sedangkan Amirika tinggi dalam peradaban namun tidak dalam kebudayaan.
c. Kebudayaan Islam
Sebagai budaya yang muncul di tanah Arab, maka muncul pertanyaan : Kebudayaan Islam atau Kebudayaan Arab? Dari hal seperti ini muncul dua pendapat. Pendapat Pertama, mengatakan bahwa kebudayaan ini lebih tepat disebut sebagai kebudayaan Arab karena kebudayaan ini lahir ditanah Arab sehingga disebut juga kebudayaan padang pasir. Dalam perkembangannya masyarakat Arab dengan bahasa Arabnya memiliki peran sangat strategis dalam penyebarannya. Disamping itu, terdapat sifat-sifat rahaniah khusus yang biasa didapatkan pada bangsa Arab.
Abdul Muin Majid menyimpulkan, bahwa tidak mudah mengetahui dasar-dasar kebudayaan Islam, karena kebudayaan tersebut seperti halnya kebudayaan yang lain tidak muncul begitu saja. Tetapi ada proses pendahulunya yaitu munculnya kebudayaan-kebudayaan lain yang mendahuluinya. Kebudayaan Islam merupakan perpaduan antara kebudayaan lama dan baru. Antara kebudayaan kadang saling menopang, menutupi bahkan mengubah. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahawa dasar kebudayan Islam adalah orang Arab kemudian kawasan lain yang ditaklukkan oleh orang islam.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Chaldun, bahwa “ Bangsa Arab tidaklah mampu mendirikan suatu kerajaan melainkan atas dasar agama, seperti wahyu seorang Nabi, atau ajaran seorang waliyullah”.
Pendapat kedua, lebih memakai sebagai kebudayaan Islam. Karena meskipun kebudayaan ini lahir di Arab, akan tetapi dalam perkembangannya Islam adalah agama yang dominon dalam kebudayaan ini dan syariah Islam adalah pengikat satu-satunya bagi bangsa-bangsa di dunia Islam, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Dengan demikian penyebutan kebudayaan ini sebagai kebudayaan Islam diatas landasan bahwa Islamlah yang menaungi kebudayaan ini dan membekalinya dengan visi historisnya dari kulturalnya, dan memberi bentuk intuitifnya secara khusus.
Jadi kebudayaan Islam adalah hasil cipta, karsa dan rasa bersama dari orang-orang yang berada diwilayah kekuasaan pemerintahan islam tanpa peduli asal bangsa, agama dan sebagainya. Pendapat lain yaitu setiap produk kecerdasan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Jadi produk-produk dari non muslim yang berada dan bekerja diwilayah kekuasaan non muslim juga dinamakan kebudayaan Islam. Ada pendapat lain, bahawa kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang mencerminkan perintah agama Islam, seperti perintah menutup aurat, khususnya bagi wanita adalah khas kebudayaan Islam. Dalam hal ini ada pertanyaan, 1. Apakah wahyu Tuhan termasuk kategiri kebudayaan, 2. apakah mode pakaiaan muslimah diseluruh dunia Islam itu sama? Jelas tidak dan mode pakaian itu lebih cenderung dimasukkan dalam kategiri peradaban daripada kebudayaan.
2. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan dan manfaat belajar yang dimaksudkan adalah mempelajari sejarah.
Manfaat mempelajari sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu intrinsic dan ektrinsik. Secara instrinsik sejarah memiliki empat manfaat, yaitu 1. Sejarah sebagai ilmu, 2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau, 3. Sejarah sebagai pernyataan sikap, 4. Sejarah sebagai profesi. Sedang secara ekstrisik, sejarah memilki beberapa manfaat, yaitu: 1. Sejarah sebagai latar belakang, 2. Sebagai rujukan, 3. Bukti, 4. Pendidikan. Manfaat sejarah dalam pendidikan dapat diketemukan dalam pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu.
Sebagai ilmu Bantu, sejarah dapat digunakan untuk menjelaskan studi-studi keislaman, seperti ilmu tafsir, ilmu hadis dan sebagainya. Sebagai contoh dalam periwayatan hadis dikenal istilah Asbabul wurud.
Manfaat lain dari sejarah adalah dapat dijadikan sebagai `ibrah (pelajaran) . Banyak peristiwa masa lampau yang dapat diambil pelajaran secara positif. Hal ini berbeda dengan pemahaman aliran “Berhala Sejarah” yang menganggap segala peristiwa masa lampau harus diikuti baik positif maupun negative.
3. Sumber Sejarah Islam
Sumber-sumber yang dapat dijadikan alat bukti tentang terjadinya peristiwa sejarah ialah : peninggalan-peninggalan baik yang berbentuk relief-relief, monumen-monumen , manuskrip-manuskrip atau bukti lain yang otentik. Jadi semua peristiwa baru dapat dikatakan sebagai peristiwa sejarah jika dia didukung oleh bukti-bukti sejarah. Cerita, legenda, mitos dan lain-lain yang tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah tidaklah bisa dipergunakan sebagai sumber sejarah.
4. Ciri-ciri dan Struktur Kebudayaan Islam
Ciri-ciri kebudayaan Islam antara lain ; 1. Bernafaskan tauhid, karena tauhidlah yang menjadi prinsip pokok ajaran Islam, 2. Hasil buah pikiran dan pengolahannya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan membahagiaan ummat. Sebab Nabi Muhammad diutus sebagai rahmatan lilalamin.
Kedua ciri kebudayaan Islam diatas merupakan formulasi dari dua kata dalam al-Qur`an yang senantiasa muncul secara berurutan, Amanuu dan `amilushalihaat .
Kebudayaan Islam mencerminkan adanya perpaduan antara moral yang merupakan pokok ajaran Islam dengan dorongan pemakaian akal. Aspek pertama ditunjukkan oleh al-Qur`an melalui formulasi perlunya mengedepankan aspek moral dalam beraktifitas, seperti ayat: ya ayyuhalladziina amanuu anfiquu mimma razaqnaakum. Untuk yang terakhir dalam al-qur`an seperti : afalaa ya`qiluun, afalaa tatadabbaruun dan sebagainya.
Struktur semacam ini merupakan perpaduan antara dua arus besar kebudayaan yang pernah muncul sebelum kehadiran Islam. Dua arus tersebut adalah Mesir dan Yunani. Mesir merupakan pusat gerakan moral dalam agama-agama samawi, sedangkan Yunani merupakan pusat pengkajian logic filosifis.
5. Periodisasi Perkembangan Kebudayaan Islam
Periodisasi sejarah Peradaban Islam dimulai dari pertanyaan tentang kapan awal sejarah Islam ?. Ada dua cara pandang yang berbeda. Pertama, Sejarah Islam dimulai sejak proses penciptaan alam. Kedua, sejarah Islam dimulai sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW. Bagi pendapat pertama, sejarah Islam tidak dimulai sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW, ada dua alasan, pertama, kata Islam tidak hanya dipergunakan sejak Nabi Muhammad sebagai rasul, tetapi sudah ada sejak proses penciptaan alam itu. Kedua, jika sejarah Islam dimulai masa Muhammad, berarti ada missing link antara Adam sampai Isa.
Sementara bagi pendapat kedua, sejarah Islam dimulai sejak awal kenabian Muhammad yang dimulai dari masa pra diutusnya Muhammad dengan terma Pra Islam/masa Jahiliyyah.
Periodisasi Sejarah Kebudayaan Islam menurut A.Hasymi membaginya menjadi 9 periode.Periode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Masa Permulaan Islam (dari lahirnya Islam 17 Ramadhan 12 sebelum hijrah sampai tahun 41 H/6 Agustus 610 sampai 661 M).
2. Masa Umayah ( 41-132 H/661- 750 M)
3. Masa Abbasiyah I ( 132- 232 H/750 – 847 M)
4. Abbasiyah II (232 – 334H/ 847 – 946 M)
5. Abbasiyah III ( 334 – 467 H/ 946 – 1075 M)
6. Abbasiyah IV (467 – 656 H/1075-1261 M)
7. Mugholiyah (656 – 927 H/ 1261- 1520 M)
8. Usmaniyah (927 – 1213 H/ 1520 – 1801 M)
9. Kebangkitan Baru (1213 H/ 1801 M) sampai awal abad XX
Sebagian ahli sejarah membagi periodesasi Sejarah Kebudayaan Islam menjadi :
1. Periode Klasik (650 – 1250) yang meliputi :
a. Masa Kemajuan Islam I (650 – 1000)
b. Masa Disintegrasi (1000 – 1250)


2. Periode Pertengahan ( 1250 – 1800) yang meliputi :
a. Masa Kemunduran I ( 1250- 1500)
b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800) terbagi :
1) Fase Kemajuan (1500-1700)/Masa Kemajuan II
2) Fase Kemunduran (1700-1800)/Fase Kemunduran II
3. Periode Modern (1800 M) /Masa Kebangkitan Islam
. Periodisasi ini menjadi ciri babakan sejarah berdasarkan bentuk negara atau system politik. Jika di break down akan nampak sebagai berikut.
Periode Klasik (650-1258) terbagi menjadi masa Kemajuan Islam I (650-1000) dan Masa Disintegrasi (1000-1250). Masa Kemajuan Islam I merupakan masa perluasan, integrasi dan keemasan Islam, dimulai sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dihanguskannya Baghdad oleh Hulagu Khan. Sehingga masa ini meliputi; masa Nabi Muhammad Saw, Masa Khulafaurrasyidin, Masa Dinasti Umayyah Timur atau Umayah Damaskus, dan masa Dinasti Abbasiyah. Sedangkan masa disintegrasi yang dimaksudkan sebagai masa terjadinya pemisahan beberapa wilayah Abbasiyah dan tidak kuasanya para sultan dibawah tekanan para tentara pengawal.
Periode Pertengahan (1258-1800), yaitu masa jatuhnya abbasiyah Baghdad sampai penghujung abad tujuhbelas. Periode ini meliputi Masa Kemunduran I (1250- 1500), yaitu masa Jengis Khan menghancurkan beberapa dinasti Islam kemudian mencapai puncaknya dengan dihancurkannya Baghdad oleh cucunya Hulagu Khan. Masa ini disentralisasi dan disintegrasi dunia Islam meningkat sehingga menghilangkan system khilafah secara formal. Setelah berlangsung hampir dua setengah abad, dunia Islam menemukan kemajuannya dengan munculnya beberapa dinasti yang memberi harapan bagi kemajuan Islam. Masa ini disebut sebagai masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800), yaitu Usmaniyah diTurki, Syafawiyah di Persia dan Mughal di India. Masa ini mengalami dua fase, yaitu Fase Kemajuan (1500-1700) disebut masa Kemajuan II, dan fase Kemunduran (1700-1800) disebut masa Kemunduran II.
Fase Kemajuan yang diraih selama dua abad yaitu munculnya sultan-sultan yang mampu mengangkat harkat dan martabat dinasti. Tapi masa itupun juga mengalami kemunduran karena beberapa hal, 1. Tidak kredibelnya para sultan, 2. Serangan dari dinasti Islam lain, 3. Serangan agama lain seperti Hindu terhadap Mughal di India, dan 4. Serangan dari bangsa lain.
Periode Modern (1800 M) disebut sebagai masa Kebangkitan Islam. Masa tersebut sebagai akibat dari terbukanya mata dunia Islam atas kemunduran dan ketertinggalan Islam dari Dunia Barat. Para penguasa muslim mencari cara untuk memunculkan balance of power dalam rangka mengangkat harga diri umat yang hilang. Maka dari itu muncullah gerakan melawan penjajahan dan pemikiran-pemikiran untuk kemajuan Umat Islam.

sumber  pujanggawati

kutipan TOKOH !!!! JASMERAH........................ BANGSA YANG BESAR TAK AKAN MELUPAKAN SEJARAH

Mengetahui serta mengenal MUHAMMAD

MENGENAL NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Beliau ialah Muhammad bin ‘Abdullah, bin ‘Abdul Muthallib, bin Hasyim. Hasyim ialah termasuk suku Quraisy, suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedang bangsa Arab ialah termasuk keturunan Nabi Isma’il, putera Nabi Ibrahim Al-Khalil. Semoga Allah melimpahkan kpd dan kpd Nabi kita sebaik-baik shalawat dan salam.
Beliau berumur 63 tahun, diantara 40 tahun sebelum beliau menjadi nabi dan 23 tahun sebagai nabi dan rasul.
Beliau diangkat sebagai nabi dgn “Iqra” yakni surah Al-’Alaq : 1-5, dan diangkat sebagai rasul dgn surah Al-Mudatstsir.
Tempat asal beliau ialah Makkah.
Beliau diutus Allah untuk menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kpd tauhid. Dalilnya, firman Allah Ta’ala.
“Arti : Wahai orang yg berselimut ! Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Agungkanlah Tuhanmu. Sucikalah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala-berhala itu. Dan janganlah kamu memberi, sedang kamu menginginkan balasan yg lebih banyak. Serta bersabarlah untuk memenuhi perintah Tuhanmu”. [Al-Mudatstsir : 1-7]
Pengertian :
[1] “Sampaikanlah peringatan”, ialah menyampaikan peringatan menjauhi syirik dan mengajak kpd tauhid.
[2] “Agungkanlah Tuhanmu”. Agungkanlah Ia dgn berserah diri dan beribadah kpd-Nya semata-mata.
[3] “Sucikanlah pakaianmu”, maksud ; Sucikanlah segala amalmu dari peruntukan syirik.
[4] “Tinggalkanlah berhala-berhala itu”, arti : Jauhkan dan bebaskan dirimu dari serta orang-orang yg memujanya.
Beliaupun melaksanakan perintah ini dgn tekun dan gigih selama sepuluh tahun, mengajak kpd tauhid. Setelah sepuluh tahun itu beliau di mi’rajkan (diangkat naik) ke atas langit dan disyari’atkan kpd beliau shalat lima waktu. Beliau melakukan shalat di Makkah selama tiga tahun. Kemudian, sesudah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
Hijrah, pengertiannya, ialah : Pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan Islami.
Hijrah ini mrpk kewajiban yg hrs dilaksanakan umat Islam. Dan kewajiban tersebut hukum tetap berlaku sampai hari kiamat. Dalil yg menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu firman Allah Ta’ala.
“Sesungguh orang-orang yg diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan zhalim terhadap diri mereka sendiri [1], kpd mereka malaikat berta :’Dalam keadaan bagaimana kamu ini .? ‘Mereka menjawab : Kami ialah orang-orang yg tertindas di negeri (Makkah). Para malaikat berkata : ‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dpt berhijrah (kemana saja) di bumi ini ?. Maka mereka itulah tempat tinggal neraka Jahannam dan Jahannam itu ialah seburuk-buruk tempat kembali. Akan tetapi orang-orang yg tertindas di antara mereka, seperti kaum lelaki dan wanita serta anak-anak yg mereka itu dalam keadaan tdk mampu menyelamatkan diri dan tdk mengetahui jalan (untuk hijrah), maka mudah-mudahan Allah memaafkan mereka. Dan Allah ialah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun”. [An-Nisaa : 97-99]
Dan firman Allah Ta’ala.
“Arti : Wahai hamba-hamba-Ku yg beriman ! Sesungguhnya, bumi-Ku ialah luas, maka ha kpd-Ku saja supaya kamu beribadah”. [Al-Ankabuut : 56]
Al-Baghawi [2], Rahimahullah, berkata :”Ayat ini, sebab turunnya, ialah ditujukan kpd orang-orang muslim yg masih berada di Makkah, yg mereka itu belum juga berhijrah. Karena itu, Allah menyeru kpd mereka dgn sebutan orang-orang yg beriman”.
Adapun dalil dari Sunnah yg menunjukkan kewajiban hijrah, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Arti : Hijrah tetap akan berlangsung selama pintu taubat belum ditutup, sedang pintu taubat tdk akan ditutup sebelum matahari terbit dari barat”. [Hadits Riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, jilid 4, hal. 99. Abu Dawud dalam Sunan-nya, kitab Al-Jihad, bab 2, dan Ad-Darimi dalam Sunan-nya, kitab As-Sam, bab 70]
Setelah Nabi Muhammad menetap di Madinah, disyariatkan kpd beliau zakat, puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta syariat-syariat Islam lainnya.
Beliau-pun melaksanakan untuk menyampaikan hal ini dgn tekun dan gigih selama sepuluh tahun. Sesudah itu wafatlah beliau, sedang agama tetap dalam keadaan lestari.
Inilah agama yg beliau bawa : Tiada suatu kebaikan yg tdk beliau tunjukkan kpd umat dan tiada suatu keburukan yg tdk beliau peringatkan kpd umat supaya di jauhi. Kebaikan yg beliau tunjukkan ialah tauhid serta segala yg dicintai dan diridhai Allah, sedang keburukan yg beliau peringatkan supaya dijauhi ialah syirik serta segala yg dibenci dan tdk disenangi Allah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diutus oleh Allah kpd seluruh umat manusia, dan diwajibkan kpd seluruh jin dan manusia untuk mentaatinya. Allah Ta’ala berfirman.
“Arti : Katakanlah. ‘Wahai manusia sesungguh aku ialah utusan Allah kpd kamu semua”. [Al-Araaf : 158]
Dan melalui beliau, Allah telah menyempurnakan agama-Nya untuk kita, firman Allah Ta’ala.
“Arti : ..Pada hari ini [3], telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku lengkapkan kpdmu ni’mat-Ku serta Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu”. [Al-Maaidah : 3]
Adapun dalil yg menunjukkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga wafat, ialah firman Allah Ta’ala.
“Arti :Sesungguh kamu akan mati dan sesungguh mereka-pun akan mati (pula). Kemudian, sesungguh kamu nanti pada hari kiamat berbantah- bantahan di hadapan Tuhanmu”. [Az-Zumar : 30-31]
Manusia sesudah mati, mereka nanti akan dibangkitkan kembali. Dalil firman Allah Ta’ala.
“Arti : Berasal dari tanahlah kamu telah Kami jadikan dan kpd kamu Kami kembalikan serta dari kamu akan Kami bangkitkan sekali lagi” [Thaa-haa : 55]
Dan firman Allah Ta’ala.
“Arti : Dan Allah telah menumbuhkan kamu dari tanah dgn sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam (lagi) dan (pada hari Kiamat) Dia akan mengeluarkan kamu dgn sebenar-benarnya”. [Nuh : 17-18]
Setelah manusia dibangkitkan, mereka akan di hisab dan diberi balasan sesuai dgn amal peruntukan mereka, firman Allah Ta’ala.
“Arti : Dan ha kepunyaan Allah apa yg ada di langit dan apa yg ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kpd orang-orang yg beruntuk buruk sesuai dgn peruntukan mereka dan memberi balasan kpd orang-orang yg beruntuk baik dgn (pahala) yg lebih baik (surga)”.[An-Najm : 31]
Barangsiapa yg tdk mengimani kebangkitan ini, maka dia ialah kafir, firman Allah Ta’ala.
“Arti : (Kami telah mengutus) rasul-rasul menadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan, supaya tiada lagi suatu alasan bagi menusia membantah Allah sebelum (diutusnya), serta beliulah penutup para nabi”. [An-Nisaa : 165]
“Arti : Orang-orang yg kafir mengatakan bahwa mereka tdk akan dibangkitkan. Katakan : ‘Tidaklah demikian. Demi Tuhanku, kamu pasti akan dibangkitkan dan niscaya akan diberitakan kpdmu apapun yg telah kamu kerjakan. Yang demikian itu ialah amat mudah bagi Allah”. [At-Taghaabun : 7]
Allah telah mengutus semua rasul sebagai penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala.
“Arti : (Kami telah mengutus) rasul-rasul menjadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan supaya tiada lagi suatu alasan bagi manusia membantah Allah setelah (diutusnya) para rasul itu ..” [An-Nisaa : 165]
Rasul pertama ialah Nabi Nuh ‘Alaihissalam [4], Dan rasul terkahir ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta beliaulah penutup para nabi.
Dalil yg menunjukkan bahwa rasul pertama ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, firman Allah Ta’ala.
“Arti : Sesungguh Kami wahyukan kpdmu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kpd Nuh dan para nabi sesudah ..” [An-Nisaa : 163]
Dan Allah telah mengutus kpd setiap umat seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad, dgn memerintahkan mereka untuk beribadat kpd Allah semata-mata dan melarang mereka beribadah kpd thagut. Allah Ta’ala berfirman.
“Arti : Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus kpd setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan) :’Beribadahlah kpd Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ..”. [An-Nahl : 36]
Dengan demikian, Allah telah mewajibkan kpd seluruh hamba-Nya supaya bersikap kafir terhadap thagut dan ha beriman kpd-Nya.
Ibnu Al-Qayyim [5], Rahimahullah Ta’ala, telah menjelaskan pengertian thagut tersebut dgn mengatakan.
“Arti : Thagut, ialah setiap yg diperlakukan manusia secara melampui batas (yg telah ditentukan oleh Allah), seperti dgn disembah, atau diikuti atau dipatuhi”.
Dan thagut itu banyak macamnya, tokoh-tokoh ada lima :
[1] Iblis, yg telah dilaknat oleh Allah.
[2] Orang yg disembah, sedang dia sendiri rela.
[3] Orang yg mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
[4] Orang yg mengaku tahu sesuatu yg ghaib, dan
[5] Orang yg memutuskan sesuatu tanpa berdasarkan hukum yg telah diturunkan oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman.
“Arti : Tiada paksaan dalam (memeluk) agama ini. Sungguh telah jelas kebenaran dari kesesatan. Untuk itu, barangsiapa yg ingkar kpd thagut dan beriman kpd Allah, maka dia benar-benar telah berpegang teguh dgn tali yg terkuat, yg tdk akan terputus tali itu. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Al-Baqarah : 256]
Ingkar kpd semua thagut dan iman kpd Allah saja, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tadi, ialah hakekat syahadat “Laa Ilaaha Ilallah”.
Dan diriwayatkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Arti : Pokok agama ini ialah Islam [6], dan tiang ialah shalat, sedang ujung tulang punggung ialah jihad fi sabilillah”. [Hadits Shahih riwayat Ath-Thabarani dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu, dan riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Jaami Ash-Shahih, kitab Al-Imaan, bab 8]
Ha Allah-lah Yang Mahatau. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kpd Nabi Muhammad kpd keluarga dan para sahabatnya.
[Disalin dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 27-36, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da’wah dan Penyuluhan
Urusan Penerbitan dan Penyebaran Kerajaan Arab Saudi]
_________
Foote Note.
[1] Yang dimaksud dgn orang-orang yg zhalim terhadap diri mereka sendiri dalam ayat ini, ialah orang-orang penduduk Makkah yg sudah masuk Islam tetapi mereka tdk mau hijrah bersama Nabi, padahal mereka mampu dan sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir supaya ikut bersama mereka pergi ke perang Badar, akhir ada diantara mereka yg terbunuh.
[2] Abu Muhammad Al-Husein bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ atau Ibnu Al-Farra’. Al Baghawi (436-510H - 1044-1117M). Seorang ahli dalam bidang fiqh, hadits dan tafsir. Di antara karya : At-Tahdziib (fiqh), Syarh As-Sunnah (hadits), Lubaab At-Ta’wiil fi Ma’aalim At-Tanziil (tafsir).
[3] Maksudnya, ialah hari Jum’at ketika wukuf di Arafah, pada waktu Haji Wada.
[4] Selain dalil dari Al-Qur’an yg disebutkan Penulis, yg menunjukkan bahwa Nabi Nuh ialah rasul pertama, di sana juga ada hadits shahih yg menyatakan bahwa Nabi Nuh ialah rasul pertama yg di utus kpd penduduk bumi ini, seperti hadits riwayat Al-Bukhari dalam Shahih- kitab Al-Anbiya, bab 3 dan riwayat Muslim dalam Shahih- kitab Al-Iman, bab. 84. Adapun Nabi Adam Alaihissalam, menurut sebuah hadits yg diriwayatkan dari Abu Dzar Al-Ghifari, Radhiyallahu anhu. Beliau ialah nabi pertama. Dan disebutkan dalam hadits ini bahwa jumlah para nabi ada 124 ribu orang, dari jumlah tersebut sebagai rasul 315 orang, dan dalam riwayat lain disebutkan 310 orang lebih. Lihat : Imam Ahmad, Al-Musnad, jilid 5, hal. 178, 179 dan 265.
[5] Abu Abdillah : Muhammad bin Abu Bakar, bin Ayyub, bin Said, Az-Zur’i,Ad-Dimasqi, terkenal dgn Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah (691-751H - 1292 - 1350M). Seorang ulama yg giat dan gigih dalam mengajak umat Islam pada zaman untuk kembali kpd tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah serta mengikuti jejak para Salaf Shalih. Mempunyai banyak karya tulsi, antara lain : Madaarij As-Salikin, Zaad Al-Ma’aad, Thariiq Al-Hijratain wa Baab As-Sa’aadatain, At-Tibyaan fi Aqwaam Al-Qur’aan, Miftah Daar As-Sa’aadah.
[6] Silahkan melihat kembali pengertian Islam yg disebutkan oleh Penulis, dalam Tiga Landasan Utama bagian 3/4
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=461&bagian=0
Sumber Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : http://alsofwah.or.id

sumber diambli dari blog.re

kata pengatar

assalamualaikum.................

langsung saja yaaa
blog ini buat tentu kemudahan pribadi dalam pengarsipan dokomen atau cacatan kuliah saya, blog ini untuk membantu para mahasiswa dan lebih khususnya untuk diri pribadi untuk mengembangkan suatu bakat menulis serta mempermudah dalam pencarian data.... blog ini bukan WEB resmi SEKOLAH TINGGGI AGAMA ISLAM AL-MA'ARIF BUNTOK namun ini buatan dari mahasiswa yang mendedikasikan serta rela mempublikasikan kepada publik agar lebih di kenal tentunya di dunia maya, dalam pembuatan ini saya tentunya masih tahap belajar karena sekarang mahasiswa di tuntut harus bisa internet sesuai perkembangan jaman !!!


saya sebagai penulis hanya berpesan gunakan etika blogger.... karena beretika itu tentunya baik pula sikapnya..

definisi akhlak dan aqidah

Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.

Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.


Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.
Imam Baqir a.s. berkata:
إِنَّ أَكْمَلَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
(Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya).
Seseorang datang kepada Rasulullah saww dari arah muka dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah saww menjawab: ”Akhlak yang mulai”. Kemudian laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kiri dan bertanya: “Apakah agama itu?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kanan dan bertanya: “Apakah agama itu?” “Akhlak yang mulia”, jawab beliau untuk yang ketiga kalinya. Akhirnya lali-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?” Rasulullah saww menoleh kepadanya dan bersabda: “Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah hendaknya engkau jangan suka marah”.
Amirul Mukminin a.s. berkata:
عُنْوَانُ صَحِيْفَةِ الْمُؤْمِنِ حُسْنُ خُلُقِهِ
(Sifat utama seorang mukmin adalah kemuliaan akhlaknya).
Allamah Thabathaba’i menulis: “Akhlak tidak akan dapat membahagiakan sebuah masyarakat dan mengarahkan manusia untuk memperbaiki amalnya kecuali jika akhlak itu bersandar kepada tauhid. Yaitu keyakinan bahwa alam semesta, termasuk manusia memiliki Tuhan Yang Esa dan abadi yang segala sesuatu tidak tersembunyi dari ilmu-Nya dan tidak ada kekuatan lain yang dapat menundukkan kekuasaan-Nya. Ia mencipatakan segala sesuatu dengan aturan yang terbaik, tidak karena Ia butuh kepadanya. Ia akan membangkitkan mereka kembali dan menghisabnya. Setelah itu, Ia akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik karena perbuatan baik (yang pernah ia kerjakan di dunia) dan menyiksa orang yang berbuat jelek karena kejelekan (yang pernah perbuat di dunia). Kemudian mereka akan kekal dalam nikmat atau siksa.
Dan jelas, jika akhlak berlandaskan kepada akidah semacam ini, maka tugas manusia hanyalah mengharapkan keridlaan Allah dalam segala tingkah lakunya. Taqwa adalah faktor penolak internal bagi manusia dari mengerjakan dosa. Seandainya akhlak tidak bersandarkan kepada akidah ini (akidah tauhid), niscaya tujuan utama manusia dalam setiap tingkah lakunya adalah berfoya-foya dengan kenikmatan dunia yang fana dan tenggelam dalam lautan kehidupan materi.
Akidah-akidah yang memiliki paham Atheisme dengan persepsinya yang memusnahkan rasa ketergantungan manusia kepada Penciptanya yang maha sempurna dan rasa bertanggungjawab kepada-Nya, sebenarnya akidah-akidah tersebut telah memusnahkan satu sumber utama nilai-nilai akhlak (dalam kehidupan manusia), dan ia tidak akan mampu menemukan sumber lain sekuat sumber itu sebagai gantinya.
Akhlak adalah satu kebutuhan vital masyarakat. Akhlak adalah pengaman dari berkobarnya api kejahatan yang sudah lama tersimpan dalam diri manusia. Atas dasar ini, membangun sebuah masyarakat tanpa didukung oleh tuntunan-tuntunan akhlak bagaikan membangun sebuah bangunan di atas tumpukan pasir.
Amirul Mukminin a.s. berkata:
لَوْ كُنَّا لاَ نَرْجُوْ جَنَّةً وَلاَ نَخْشَى نَارًا وَلاَ ثَوَابًا وَلاَ عِقَابًا، لَكَانَ يَنْبَغِيْ لَنَا أَنْ نَطْلُبَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ، فَإِنَّهَا مِمَّا تَدُلُّ عَلَى سَبِيْلِ النَّجَاحِ
(Apabila kita tidak mengharap surga dan tidak takut neraka, dan tidak mengharap pahala dan siksa, maka sepatutnya kita mencari akhlak yang mulia. Karena akhlak mulia dapat menunjukkan kepada kita jalan keselamatan).

Metode Akidah dalam Membentuk Manusia Berakhlak

Akhlak memperoleh perhatian khusus dalam ajaran-ajaran akidah Islam. Dengan ini, dalam usaha membentuk manusia berakhlak mulia dan terselamatkan dari dekadensi moral, akidah mengikuti metode-metode yang beraneka ragam demi mencapai hal itu. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Menjanjikan Pahala Ukhrawi bagi Orang yang Berakhlak Mulia.
Akidah menjanjikan pahala yang besar dan derajat yang tinggi di akhirat kelak bagi orang yang berakhlak mulia, dan siksa yang pedih bagi orang yang berakhlak tidak terpuji dan menyembah hawa nafsunya.
Rasulullah saww bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَبْلُغُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ عَظِيْمَ دَرَجَاتِ اْلآخِرَةِ وَشَرَفِ الْمَنَازِلِ وَإِنَّهُ لَضَعِيْفُ الْعِبَادَةِ
(Seorang hamba dengan akhlaknya yang mulia bisa mencapai derajat akhirat yang agung dan tempat yang mulia kendatipun sedikit ibadahnya).
Dalam hadis yang lain beliau bersabda:
إِنَّ حَسَنَ الْخُلُقِ يَبْلُغُ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
(Orang yang berakhlak terpuji dapat menyamai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam).
Beliau berwasiat kepada Bani Abdul Muthalib:
يَا بَنِي عَبدِ الْمُطَّلِبِ، أَفْشُوا السَّلاَمَ وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَطَيِّـبُوا الْكَلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
(Wahai Bani Abdul Muthalib, sebarkanlah salam, sambunglah tali kekerabatan, berilah makan (kepada orang-orang fakir) dan bertutur katalah yang baik, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat).

Beliau juga bersabda:
إِنَّ الْخُلُقَ الْحَسَنَ يُمِيْثُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا تُمِيْثُ الشَّمْسُ الْجَلِيْدَ
(Akhlak yang terpuji dapat mencairkan kejelekan sebagaimana matahari mencairkan es).
Imam Ash-Shadiq a.s. juga berkata: “Sesungguhnya Allah SWT akan memberikan pahala kepada hambanya karena akhlaknya yang terpuji seperti Ia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah”.
Menjelaskan Efek-efek Duniawi Akhlak.
Seseorang yang berakhlak terpuji akan mampu beradaptasi dengan sesamanya, hidup bahagia, tentram dan melangkah dengan mantap. Adapun orang yang tidak memiliki nilai dan prinsip-prinsip moral, ia akan jatuh dalam jurang kegelapan, hidup dalam kecemasan dan kebingungan sehingga dirinya tersiksa, tidak disenangi oleh sesamanya dan akhirnya akan terjerumus ke dalam jurang kesesatan yang tidak memiliki akibat yang terpuji.
Rasulullah saww bersabda:
حُسْنُ الْخُلُقِ يُثَبِّتُ الْمَوَدَّةَ
(Akhlak yang terpuji dapat melanggengkan kecintaan).
Imam Ali a.s. berkata:
... وَفِي سَعَةِ اْلأَخْلاَقِ كُنُوْزُ اْلأَرْزَاقِ
(...Dan dalam akhlak yang mulia tersembunyi simpanan-simpanan rizki).
Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:
وَإِنْ شِئْتَ أَنْ تُكْرَمَ فَلِنْ، وَإِنْ شِئْتَ أَنْ تُهَانَ فَاخْشُنْ
(Jika engkau ingin dihormati, maka berlemah lembutlah dan jika kau ingin dihina, maka bersikaplah kasar).

sumber
faqihregas

 

© 2013 Blog Pendidik Barsel. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top